Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor saat ini tengah menyusun dan berupaya menyelesaikan Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup) Tentang Ekonomi Kreatif (Ekraf). Hal ini dilakukan demi menciptakan ekosistem ekraf dan mendorong seluruh aspek agar siap memanfaatkan dan merebut peluang pasar yang semakin kompetitif.
Bupati Bogor Hj. Ade Yasin yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Muliadi pada kegiatan Webinar Kreasi Bersama Kabekraf yang diselenggarakan pada Jumat (29/1) lalu melalui aplikasi zoom menyampaikan bahwa Raperbup yang tengah disusun juga kelak akan menjadi dasar pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pelaku melalui pelatihan, pembimbingan teknis, dan pendampingan. Selain itu, Pemkab juga akan memberikan dukungan fasilitas adaptasi teknologi, standarisasi usaha dan sertifikasi profesi bidang ekraf.
“Kami bersama Komite Kabekraf dan Forum Perspektif juga telah mengurasi dan memamerkan 55 produk pada akhir tahun lalu. Kami juga bangga karena beberapa produk sudah memiliki pasar di tingkat nasional hingga internasional, sehingga kami akan mendukung, membangun sinergi dan menjadikan ekraf menjadi salah satu strategi di dalam pemulihan ekonomi di Kabupaten Bogor,” sambutan Bupati Bogor Hj. Ade Yasin yang dibacakan oleh Kadisbudpar Muliadi.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas UMKM dan Koperasi Kabupaten Bogor Asep Mulyana menyampaikan bahwa peran Ekraf dalam pemulihan ekonomi sangat bermanfaat kemudian bisa bertahan di tengah pandemi Covid. Kadis Asep juga menambahkan bahwa saat ini ada 25.615 pelaku UMKM di Kabupaten Bogor dan didalamnya ada pelaku Ekraf.
“Akhir tahun 2020 bersama Disbudpar kami mendapat kesempatan bantuan dari Kemenparekraf untuk membantu pelaku yang ada di berbagai destinasi wisata. Salah satunya adalah pelaku yang bergerak di bidang logam yang ada di 4 Desa. Selain itu, kami juga telah membangun Galeri di 29 Kecamatan untuk memasarkan produk ekraf,” kata Kadis Asep.
Direktur Pelaksana Komite Kabupaten Bogor Ekonomi Kreatif (Kabekraf) Alfisa Triatmoko menyampaikan bahwa Komite Ekraf hadir sebagai penghubung dan dapat berperan dalam pemulihan ekonomi yang sedang dilakukan.
“Kami berharap Ekraf dapat berperan untuk kemandirian ekonomi, dengan demikian, kami akan merangkul seluruh pelaku ekonomi kreatif dan membangun ekosistem yang kompetitif dan menjunjung tinggi kolaborasi,” kata Direktur Kabekraf Alfisa.
Pandemi Lahirkan Kreasi dan Inovasi
Pengusaha muda asal Kabupaten Bogor yang juga Founder Hibrkraft Ibrahim Anwar menyampaikan bahwa usaha yang sedang dirintisnya berawal dari modal yang hanya senilai Rp 20.000. Namun usaha yang sudah dirintisnya sejak tahun 2011 dan memanfaatkan media sosial ini sudah memiliki pelanggan di tingkat nusantara hingga eropa.
Anwar juga menyampaikan bahwa pada saat pandemi, tepatnya pada tahun 2020 Hibrkraft justru memiliki pelanggan dan teman baru.
“Kalau banyak yang mengeluhkan bahwa 2020 memiliki penurunan omzet, Hibrkraft malah meningkat omsetnya. Pandemi ini memfasilitasi kita untuk lebih berkreasi. Yang saya lakukan saat pandemi adalah optimis, memasukan ke marketplace, gabung di Borongdong.id, membuka jejaring baru seperti Forum PERSPEKTIF, UMKM Bojong Gede dan terakhir mendigitalisasi produk melalui media sosial dan website,” kata Founder Hibrkraft Ibrahim Anwar.
Berbicara ekosistem ekraf di Kabupaten Bogor tidak bisa lepas dari kehadiran ruang-ruang yang menjadi simpul pelaku ekraf dan seniman, salah satunya Bengkel 3 dan 4. Founder Bengkel 3 dan 4 Fauzan Chaniago menyampaikan bahwa Bengkel 3 dan 4 adalah ruang temu informal dan produktif antarbudaya, antargenerasi, antarkomunitas maupun individu untuk diskusi serta belajar dalam menjalankan aktivitas seni dan budaya.
Fauzan menambahkan bahwa sejak tahun 2018 Bengkel 3 dan 4 telah memfasilitasi para pelaku musik dan pembuat musik melalui kegiatan Arisan Musik dan Tour den Bengkel. Selain itu, Bengkel 3 dan 4 juga memiliki berbagai unit usaha ekraf seperti Minuman Peras (Miras) Lokal, Kopi Tigadanempat, House of Rolette, Meetly.co, Patoo Workshop, Studio Bebe Wahyu X Whoa dan Studio Digital Marketing.
“Kebetulan saat Pandemi kita tidak bisa melakukan apa apa, akhirnya kita putar otak dan ketemulah Miras Lokal. Apapun usahanya pasti bisa berjalan, terutama yang paling penting utamakan fasilitas yang ada dan ceritakan ke orang terdekat, ke keluarga misalnya, pasti ada saja bantuan dan solusi,” kata Fauzan.
Dewan Pengarah Kreasi Jabar yang juga Founder Jatiwangi Art Factory (JAF) Arief Yudi menjelaskan bahwa satu hal dari kasus Covid di lingkungannya adalah ada 11 tetangga dekat yang membuka warung dan mencoba memiliki peran masing-masing, di mana satu sama lain memiliki identitas dan berbeda berjualannya.
"Bagi saya ini menjadi kreativitas yang menjadi jati diri bangsa kita tapi juga memiliki tenggang rasa yang tinggi dan saling melengkapi. Lingkungan kecil saja sedang membangun identitas dan toleransi berdagang," kata Arief.
Arief mencoba mengingatkan bahwa antara pasar, wilayah, kebijakan politik adalah satu kesatuan yang sama. Misalnya banyak Pemda lebih melihat produk tapi jauh dari narasi besar sebuah wilayah yang bisa dibangun oleh pelaku-pelakunya.
“Kemudian ekosistem dan identitas akan terbangun. Secara pasar, sebuah wilayah itu sangat penting sekali untuk ditandai. Lalu bagaimana dengan wilayah kita? Ini peran dari komunitas dan pelaku kreatif agar sebuah wilayah bisa dihormati, mudah untuk dijual dan mendapat apresiasi. Dan yang paling sulit sendiri adalah bagaimana menjadikan ekonomi kreatif menjadi pernyataan yang harus didukung oleh statement politik, regulasi dan dikembangkan menjadi imajinasi yang menjadi kesepakatan ruang bersama untuk hidup,” tambah Arief.
Ditulis oleh: Robby Firliandoko