Komite Ekonomi Kreatif dan Inovasi (KREASI) Jawa Barat bekerja sama dengan Disparbud Jawa Barat, Disparbud Kota Bekasi dan Bekasi Creative Hub sukses menyelenggarakan Kreatiforum bertajuk “Aktivasi Bekasi Creative Center Pemuda” pada hari Rabu (21/10) lalu melalui pertemuan virtual.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jawa Barat Dr. H. Dedi Taufik Kurohman menyampaikan bahwa creative hub memiliki peran sebagai menjadi inkubator, motivator, dan eksekutor dengan melakukan pembinaan terhadap lingkungan, manusia, dan ekonomi daerah.
"Mengusung 17 subsektor yang dicanangkan sebagai bagian dari industri kreatif, creative hub dipandang perlu membuka diri pula kepada berbagai jenis inovasi yang menghasilkan kreasi. Ini terutama berlaku bagi Kota Bekasi yang dinilai penyeimbang ibukota," kata Dedi.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Bekasi Dr. H. Tri Adhianto Tjahyono memberikan dukungan penuhnya terhadap pembangunan gedung Bekasi Creative Center Pemuda (BCCP) yang saat ini memasuki tahap kedua. Sebagai kota jasa dan perdagangan, ekonomi kreatif menurutnya sebuah sektor yang tidak hanya mensejahterakan masyarakat, melainkan juga memberikan kontribusi banyak bagi pendapatan asli daerah.
“Penduduk Kota Bekasi hanya 2,4 juta, tetapi yang beredar di sini hampir 6,5 juta. HP, tablet, laptop, semua digunakan dalam kerangka media sosial agar komunikasi berlangsung lebih optimal. Ditunggu nantinya agar tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membangun kota. Sejalan dengan ekonomi yang bergerak, tingkat pertumbuhan akan berjalan, sehingga ekonomi mikro dan makro akan berdampak kepada Kota Bekasi,” katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi Drs. Tedi Hafni Tresnadi menyuarakan apresiasinya kepada tim KREASI dan provinsi yang telah memberikan sumbangsih bantuan.
“Tanpa bantuan, kami tidak bisa. Apalagi dalam kondisi pandemi ini, kegiatan di Kota Bekasi betul-betul sangat terpengaruh. Mungkin nanti pak Kadis (pariwisata dan budaya Jawa Barat) bisa memfasilitasi kami dalam menghubungi daerah-daerah lain yang sudah aktif buat menambah wawasan bagaimana menangani creative center di Bekasi. Bukan hanya belajar, tapi bersinergi sehingga di Bekasi perlu adanya lembaga ekraf seperti Komite Kreasi Jabar,” ucap Drs. Tedi Hafni.
Mengacu kepada pernyataan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jawa Barat, Wakil Walikota Bekasi, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi, Direktur Pelaksana KREASI Jawa Barat Harry Mawardi menyimpulkan terdapatnya kesamaan pemikiran. Ia menggarisbawahi urgensi membangun kolaborasi dan semangat pelaku ekonomi kreatif di Jawa Barat, khususnya Kota Bekasi, yang ia nilai memiliki potensi ekonomi kreatif yang sangat besar.
“Potensi-potensi ekonomi kreatif itulah yang menjadi dasar ketika pemerintah Provinsi Jawa Barat mencoba untuk menginisiasi Perda Nomor 15 Tahun 2017 mengenai Pengembangan Ekonomi Kreatif. Jawa Barat salah satu juara untuk ekonomi kreatif, tetapi tentunya seperti yang kita ketahui sangat sulit untuk mempertahankan gelar juara atau pemenang dibandingkan merebut gelar juara tersebut,” katanya.
Ketua Dewan Pengarah KREASI Ben Wirawan Sudarmadji yang biasa dipanggil Om Ben menuturkan bagaimana pelaku-pelaku ekonomi kreatif di Jawa Barat masih banyak yang kurang mengadopsi sistem digital secara lengkap.
“Kita sudah tahu industri kreatif memberikan nilai tambah dengan memanfaatkan karya cipta manusia. Ekonomi kreatif adalah ekonominya. Digital transformation menjadi mesinnya, Research & Development, Business Management, Marketing, Sales, Financing atau Funding.
Tugas KREASI Jabar membuat model-modelnya. Creative center pusat inkubasi bisnis kita. Tapi untuk bisa menginkubasi, dia (creative center) harus jadi pusat pelatihan dan pendidikan juga. Semua diajari di creative hub. Dengan dilatih, startup-startup ditumbuhkan di sana,” terang Om Ben.
Sesudah pemaparan Om Ben, Ketua Bekasi Creative Hub Deviana Nur Indrawati, M.T. menceritakan perjalanan dari pembentukan Bekasi Creative Hub (BCH). Untuk mengembangkan 17 subsektor ekonomi kreatif, BCH telah berkomunikasi dengan pentahelix stakeholders di Kota Bekasi, baik akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah maupun media.
Ditulis oleh: Nadiah Abidin
Diedit oleh: Robby Firliandoko