Bangkit Beradaptasi dan Berinovasi Menghadapi Pandemi

Monday, 24 May 2021, 09:07:09

Pandemi COVID-19 membawa tantangan yang berat dihadapi oleh para pelaku usaha kreatif. Namun, resiliensi terhadap dampak negatif pandemi tersebut pun bisa mulai dibangun jika kita mampu beradaptasi dan berinovasi dengan kreatif.

 

Pada Hari Sabtu, 24 April 2021, para pelaku usaha kreatif berkumpul untuk berbagi pengalaman dan insight menarik ketika membangun jenama (brand) di masa pandemi dalam kegiatan Wakunjar Jejak Jenama.

 

Di sesi pertama, Wakunjar Jejak Jenama menghadirkan diskusi antara Mohammad Taufiq Budi Santoso (Asda Provinsi Jawa Barat), Ben Wirawan (CEO Torch.id), Adi Panuntun (CEO Sembilan Matahari), dan Cassandra Sari (Co-Founder Rawhaus) yang dipandu oleh Gilang Nur Rahman (Pemimpin Redaktur Kulturlokal.id).

 

Pemerintah Jawa Barat kini telah mempersiapkan beragam program unggulan ekonomi kreatif untuk menumbuhkan resiliensi usaha kreatif dalam menghadapi tantangan pandemi, dari mulai pengembangan kapasitas hingga akses pendanaan. Oleh sebab itu, para pelaku usaha kreatif harus mampu memanfaatkan beragam program dan fasilitas yang tersedia.

 

Pemanfaatan program dan fasilitas tersebut juga bukan hanya untuk menghadapi tantangan saat ini, namun juga berbagai tantangan di masa depan. Ben Wirawan mencontohkan, Torch sudah mempersiapkan diri dalam digitalisasi sejak 4 tahun lalu. Sehingga saat terjadi pandemi dimana kebiasaan orang berbelanja sudah berubah, Torch sudah siap dan mampu beradaptasi dengan cepat.

 

Mempersiapkan diri sedini mungkin akan membuat usaha kreatif kita mampu beradaptasi menangkap peluang dengan semakin agile. Karena, disetiap tantangan tentu ada peluang yang bisa diraih. Adi Panuntun mengungkapkan, pandemi bukan momen kekalahan, tetapi momen ekspansi yang akan memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman.

 

Dengan keluar dari zona nyaman, kita akan semakin terpacu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini, pelan-pelan tetap berkembang, juga terus mencari inovasi dan peluang untuk dapat menyesuaikan diri di masa yang akan datang, ucap Cassandra Sari.

 

Setelah kita sadar bahwa kini saatnya kita kembali bangkit dan berinovasi, kira-kira langkah apa sajakah yang bisa kita lakukan untuk terus membangun jenama terutama di masa pandemi?

 

Membangun narasi dan konten yang memiliki karakter

 

Membangun karakter dalam jenama kita dengan konsisten akan mampu meningkatkan brand awareness calon konsumen terhadap jenama kita. Apresiasi juga persepsi calon konsumen terhadap jenama kita, karena hal tersebut mampu meningkatkan brand engagement calon konsumen terhadap jenama kita.

 

Libatkan calon konsumen dalam plot story telling jenama kita. Hal apa saja yang bisa dilakukan bersama, kemana kita akan melangkah. Ketika calon konsumen sudah mulai tertarik menjadi bagian dari perjalanan dari jenama kita maka dukungan terhadap jenama kita akan naik sehingga menjadi lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

 

Ciptakan juga narasi yang mampu memecahkan masalah bersama. Jadi bagian dari solusi yang diinginkan oleh calon konsumen. Dengan konsisten, calon konsumen akan membangun narasi mereka masing-masing bahwa jenama kita mampu memecahkan permasalahan sehingga memperkuat identitas dari jenama kita sendiri.

 

Memberikan solusi dengan konsep dan desain yang kuat

 

Tidak hanya narasi, tentu produk kita pun harus benar-benar mampu memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi calon konsumen. Perhatikan konteks yang ada, permasalahan apa yang ingin diselesaikan? Setelah beragam ide muncul, libatkan juga berbagai pihak untuk menimbulkan ide dan inovasi baru yang berorientasi pada kebutuhan calon konsumen nanti.

 

Ide-ide tersebut pun penting untuk direalisasikan dalam bentuk prototype agar dapat lebih meningkatkan rasa percaya masyarakat bahwa solusi yang ditawarkan mampu dibuat lalu diikuti dengan tes pasar untuk memvalidasi kebutuhan yang ada.

 

Memanfaatkan seni, budaya, dan nilai-nilai lokalitas

 

Memasukan seni, budaya, dan nilai-nilai lokalitas terhadap jenama kita akan meningkatkan rasa keterkaitan antara calon konsumend engan cerita perjalanan jenama kita. Namun, jangan jadikan lokalitas tersebut gimmick semata.

 

Ketika lokalitas mampu diperlakukan lebih dalam maka rasa empati calon konsumen akan lebih sensitif dalam membaca situasi sebagai bagian dari narasi yang dibuat bersama. Jika kita tidak memperlakukan lokalitas sebagai gimmick, jenama kita pasti akan lebih berkarakter sehingga mudah ditemukan.

 

Semoga kiat-kiat di atas mampu menjadi inspirasi dan dorongan bagi para pelaku usaha untuk mau bangkit dan mulai beradaptasi serta berinovasi dalam menghadapi tantangan kini dan nanti.

Bagikan berita ini